Minggu, 15 September 2013

Surat ku Part 1


bismillaahirrahmaanirrahiim


Dear Allah,
Aku akan menceritakan apa yang sedang ada dibenakku. Karena Aku bohong kalau Aku mengakatakan kalau Aku tidak ingin curhat, Aku sebenarnya rindu akan kawan-kawan yang tinggal bersama, karena dengan begitu kita bisa menceritakan apapun yang ingin kita  sampaikan. Hal-hal yang mengganjal dihati, bisa segera tersampaikan. Dan segala apapun yang akan kita ceritakan, pasti akan mendapat respon, sehingga kita tidak akan merasa kesepian.


Menyesali diri.

Aku memang orang yang cengeng, sampai sekarang aku masih sangat menyayangkan mengapa aku tidak sempat mengejar waktu agar dapat melihat Uti untuk yang terakhir kali. Padahal ini adalah Rencana-Mu. Aku tidak menyalahkan keadaan, namun aku hanya sangat-sangat menyesal karena tidak melihat Uti untuk terakhir Kali nya. Jadi, mungkin Engkau yang lebih tahu akan isi  hati ini, aku hanya menyampaikan bahwa aku pengen liat Uti pada waktu itu.
Maafkan aku jika aku salah Ya Allah.



Jujur, aku kangen banget sama Uti.
Aku kangen sms mba denok hanya untuk sekedar tanya kabar Uti.
Pada saat ini, aku masih dalam tahap belajar untuk menanamkan dalam hati dan pikiranku bahwa "Uti telah tiada".

Semua yang aku persiapkan untuk membuat Beliau bangga, sirna sudah. Memang...memang saat ini beliau tidak membutuhkan harta, tahta atau sebuah pengakuan, namun saat ini hanya DOA yang dapat menentramkan, membantunya, memudahkan Dan memberinya cahaya di Alam sana, insya Allah. Aamiin.

Berharap yang terbaik untuk Bapak Dan Mama.

Baru tadi aku tersentak dengan pernyataan Motivator Mario Teguh yang mengatakan:

"Seburuk-buruknya, sejahat-jahatnya orang tua (Bapak dan Mama), kita wajib menghormati mereka, kalau kita menghormati mereka, menghargai mereka, dan tidak melawan orangtua, maka orang tua (yang merawat, membesarkan dan membimbing) kita akan naik kelas"

Subhanallah...


Begitu besar rasa pengertian yang ditanamkan Uti padaku..
Begitu dalam rasa menyayangi, mencintai dan membantu sesama yang diajarkan padaku.
Begitu luas dan takterbatas untuk memaafkan kesalahan orang, sejahat apapun orangnya, Uti akan menerima dan memberikan maaf tanpa dendam.

Lalu aku menangis, apa gunanya aku mengabaikan semua hal yang telah begitu baik dicontohkan oleh Uti selama beliau ada diDunia-Mu, jika itu hanya membuat Uti sedih di sana....

Mulai detik ini, aku akan berusaha "menaikkan kelas" Uti.
Hanya itu yang aku bisa lakukan sekarang untuk membahagiakan Uti. Aku akan berusaha untuk menjadi sosok yang sabar dan lebih menahan emosi dalam mengambil hikmah dari setiap kesukaran yang menghampiri. Insya Allah. Aamiin.

Oleh karena itu Ya Allah,
Hamba yang hina ini, tidak akan berdoa agar Bapak & Mama bisa menjadi orangtua yang baik dan "normal" untuk hamba, namun hamba hanya berdoa untuk yang terbaik bagi Bapak dan Mama.


Biarlah apa yang terjadi nanti..aku percaya Allah selalu memberikan   apa yang sepantasnya aku dapatkan. Jika itu memang yang terbaik buat aku, maka aku harus bisa lapang dada dan menerima segala skenario-Mu Ya Allah.

Bantulah hamba agar dapat lebih bersabar lagi. Aamiin Aamiin Aamiin Ya Rabbal'alamin.



Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh.

Regards,
Herra